surat ini bakal tiba sebelum senja turun di akhir tahun. ketika kabarmu dari Bangka kubaca di beranda, sementara angin memainkan pucuk-pucuk belimbing yang basah
"kamu tentu sudah jadi sarjana " suratmu bicara pada dengan lirih padaku , sementara sore sebelumnya kepalaku penat oleh uji materi semester akhir kuliah yang jenuh
aku tahu suratmu penuh kabar daun ketela, hijau sawi muda, pucuk asam jawa. aku suka warna-warna mimpi dari masa sekolah. sementara dengan sedikit malu kamu kabarkan pesta nikahmu yang sederhana di bawah langit terbuka, gigir bukit pagi pada belakang latarnya. kini seorang gadis tanah kelahiran bakal jadi ibu anak-anakmu, dan selembar foto nikah, berwarna hijau muda hutan basah seperti jingga buah pepaya.
Di matanya kau berkisah tentang hidup yang lebih punya makna, hari-hari akan banyak berkirim salam tentunya
surat ini bakal tiba sebelum senja turun di akhir tahun. sementara lada telah berbunga di hutan hutan seru' dan randu, yang terbakar dalam kemarau, daun-daun pisang di kebun berwarna batu, matahari senja di bukit tenggara, kuas angin dari pesisir telah berangkat dengan petang lindap kabut pada daun ketela muda
surat ini bakal tiba sebelum senja turun di akhir tahun ketika kabarmu dari Bangka kubaca di beranda sementara angin memainkan daun-daun belimbing tanpa suara, dan di kota telah turun kemarau sepanjang tahun. Lalu tetapkah kabar hujan ditulis terus di bukit bukit batu hijau tua , samping sekolah kita ?
Di kota lama ini , batu jalan telah jadi hitam jelagah, dari kampung Pemali hari-hari di tugal di huma, atas debu bau tanah , harum daun pisang muda , sementara di kota aku tersesat dari halte ke halte di sepanjang troatoar Jakarta
Surat ini bakal tiba ketika gerimis desember turun di akhir tahun dan kabarmu yang renyah bau hutan muda seperti ranum buah mangga
Jakarta, Sawo Manila Akhir Oktober 1991
No comments:
Post a Comment