Tuesday 26 January 2010

Di gerimis itu , kenangan mengalir menjauh...

Di gerimis sore itu, kenangan mengalir menjauh, menempuh batas tahun-tahun yang berlalu dan sesekali hati ini kangen pada haru biru serta canda dunia muda yang pernah kujejaki beribu hari . Di batas-batas kangen dan kenangan . Di balik debu kertas-kertas menguning beku, dan inilah sebuah guratan yang mengental atas nama masa lalu di batas-batas rona waktu. Aku bertandang lagi ke almamater tua ini seperti kembara yang ingin mencari sekeping hatinya di waktu-waktu lama...
***
Gedung almamater ini tak banyak berubah setelah hampir 22 tahun berlalu sejak kami lulus tahun1987. Hanya warna cat nya yang berganti warna. Dulu warnanya hanya kuning memutih. Sekolah ini pada tahun 1984 awalnya bernama SMA Negri 508 Sungailiat Bangka. Kami yang masuk tahun 1984 adalah angkatan ke tujuh. Sekolah ini berdiri tahun 1977-78. hari ini sekolah tua ini telah berumur 30 tahun. Sebuah usia yang matang dan dewasa. Setua dua pohon seru' yang tumbuh di halaman samping. Menua. Menyimpan banyak catatan. Lirih. Rindu.
***
Di tahun-tahun itu, sekolah ini adalah dambaan semua murid pintar dengan NEM tinggi. Semua orang berlomba ingin masuk ke sekolah ini. Sekolah di PEMDA.Sebuah uacapan yang membanggakan. Semua fasilitas yang didambakan semua murid ada di sini. Drumband, lab bahasa Inggris, lab kimia. Semua ada di sini. Di SMA Negri 508.Yang pada hari -hari itu, semua hal itu adalah sebuah kemewahan yang tak terbayangkan. Sekolah swasta lain tentu saja tak mungkin memiliki kemampuan untuk fasilitas mewah ini.
*
Sore hari itu, hujan bulan july turun perlahan. Kota usai gerimis muda, udara bukit Betung murung . Sore yang mendung . Turun di atasnya. Sisa-sisa gerimis menetes di pohon -pohon tua. Menyendiri. Dingin dan sunyi. Aku melangkah kesamping sekolah , nampak beberapa anak muda tengah mempersiapkan agenda acara . Tentu tak ada sapa . Mereka tak mengenalku, sang kelana yang kembali pulang ke almamater lamanya. Sambil memperbaiki tenda untuk acara peresmian acara besok. Terpampang iklan sebuah perusahaan motor. Sponsor utama. Acara sedang di persiapkan di lantai lapangan basket. Di sisi lapangan ini berdiri sebatang pohon Seru' tua. Daun-daunya yang berwarna batu, semerbak putiknya kecilnya yang muda, masih juga menyimpan aroma 22 tahun lalu. Hujan sore mengusap-ngusap dahan-dahannya. hanya dia yang menyapaku dari masa lalu. Sahabat yang sendiri.Menua. Rentah.
***
Sekolah yang berdiri sejak tahun 1978 ini telah mulai nampak rentah dan tua. Sementara di belakangnya gigir bukit tak pernah berubah. Bukit ini terus beku dan menunggu. Tak pernah berubah. Bukit yang setiap pagi aku sapa dari jendela kelas budaya. Memandangnya seperti mamandang teman lama. Akrab terasa. Tapi jauh dari sebuah masa.
***
Aku melangkah masuk ke dalam gedung, mencoba membenamkan diriku ke sebuah kenangan , kesebuah masa yang jauh , 21 tahun yang lalu ketika ruangan kelas, gedung ini, pohon-pohon serta rerumputan di atasnya menjadi kawan akrab beribu hari tempat kami melewati waktu remaja kami. Tak banyak yang dapat dan mampu aku kenang. Kenangan telah lama menjadi bentuk lain, foto yang menguning atau tulisan angka-angka pada album lama. Aku kembali ke tempat di mana masa remaja kami hidup dan tumbuh di gedung ini, 22 tahun yang lalu. Dua ratus lima puluh dua bulan. Tujuh ribu lima ratus enam puluh hari yang lalu.
***
Gedung-gedung serta kelas tak banyak berubah. Aku melangkah turun ke kelasku dulu. Aku mencoba masuk. Sekolah tengah libur semester. Tak ada murid-murid. Sekolah dan kelasnya lengang. Aku duduk di bangku lamaku dulu, aku tak ingat lagi apakah bangku yang kududuki ini masa bangku 22 tahun lalu, dulu bangku-bangku ini kaki -kakinya terbuat dari besi dan lebih menarik. Tapi posisinya masih kuingat, di baris paling belakang pinggir jendela. Tapi tak ada lagi aroma 22 tahun yang lalu. Interior kelas telah berganti dengan lukisan-lukisan kreatif murid-murid kelas yang baru. Anak-anak muda generasi X yang kreatif tentu. Kubayangkan 22 tahun yang lalu mereka belum lahir ketika kami duduk di kelas ini. Mungkin beberapa dari mereka adalah putra-putri teman-teman dan karib kami yang dulu. Entahlah. Tapi satu generasi telah tumbuh. Satu generasi waktu berlalu. Betapa cepat. Sungguh!
***
Sendiri saja aku duduk di kelas ini. Sunyi. Aku coba mengingat bunyi dan sorak sorai serta ribut kelas kami. Kelas yang selalu gaduh. Nakal. Urakan. Dan konyol. Tapi hanya gaung sepi dan senyap ruang kelas saja yang ku tangkap. Kelas ini telah banyak menyaksikan perubahan beratus murid yang datang dan pergi, sukses atau mungkin juga tenggelam dalam kehidupan. Kelas ini menjadi saksi bisu perjalanan hidup kami 22 tahun yang lalu. Kelas-kelas tersayang.
***
Tak gampang memang kenangan beranjak pergi. Aku kembali lagi ke kelas ini . Beragam hidup berubah dan berganti. Kami semua telah menikah ( mungkin ), punya anak dan keluarga. Tapi berapa banyak yang akan mengingat kembali kelas tua ini, sekedar kembali kepada kenangan lama, yang mungkin tak terlalu bermakna ?. Entahlah. tapi aku kangen dan rindu pada masa itu. Masa-masa yang paling kreatif dalam masa remajaku. Masa yang paling menentukan hidupku hari ini. Berpikir secara terbuka. Merdeka dari bentuk kungkungan adat-adat lama yang ingin kami dobrak bersama-sama.
***
Masa SMA adalah masa yang paling menentukan dalam setiap perkembangan hidup semua orang. Masa ketika puncak segala sesuatu membuncah, menggelegak. masa-masa pemberontakan terhadap nilai-nilai mapan, masa mencari, masa membongkar dan masa yang penuh keberanian untuk mencoba segala yang baru. Yang kadang penuh resiko kesalahan, kekeliruan. Khilaf dan kenaifan. Dan tentu saja semua kenangan tentang itu , akan menjadi sebuah harta yang berharga buat kita kembali, menyapanya lagi.
**
Kenangan adalah tapal batas bahwa dulu kita pernah menapak dan menjejakkan kaki kita di sana. Dan lukanya kini semua telah terasa lebih manis dan memberikan banyak makna baru. Hidup yang punya arti. Maka kenanglah kenangan itu. Biarkan ia jadi api yang memberikan kehangatan , walaupun jauh tapi gemeriapnya melingkari peta-peta imaji kita akan aroma hangat warna-warna muda belia. Dan kita bisa menciptakan makna baru buat anak-anak kita kini , bagi kenangan-kenangan lama itu...
***
Cibubur, July 2008

Monday 25 January 2010

Doa Hujan...

bagai laron yang  tergugah
kangen dan rindu pada cahaya lampu

kitapun kangen dan rindu pada hujan tercurah
Terimakasih Tuhan
Atas hujan pagi hari
tertabur di atas rima, sajak dan seribu puisi

Cibubur, january 08, 2010

Zat Tanpa Tiada...

membaca rinai dan butir hujan
bagai mengeja karunia dan berkah Tuhan
gerimis pada tanah
biji sesawi di awal hari
tak mampulah diri
melafalkan Zat Yang Tak Tertandingi

Cibubur,  January 12, 2010