Monday 30 July 2007

Kupu-Kupu dalam Waktu

-buat Vei,

Time flies like the echoes of shivering butterfly blue velvet wings.Sometimes you find your shadow beneath the sky.sometimes you find that epoch goes the way you dream about it kadang kau percaya bahwa langitlah yang melahirkan warna-warna
Time flies like the echoes of quivering little butterflies .suara sunyi mengantarkannya pergi ke hati. dan kerap kau bertanya" who will paint the fancy of my shining dreams ?"

Vei,
bila ulangtahun adalah lembaran diary yang tersisih dan pergi,lembaran manakah yang terlewati dan ingin kau baca kembali, karena kadang hidup mirip tema-tema puisi. seperti kenangan pada hati, warna teduh gerimis pagi , maknanya jauh lebih berarti bila kau tiba pada sunyi dan tak mengerti kemana harus mencari

bila ulangtahun di hitung dalam angka dan hari-hari .begitu banyak tanda kali dan tanda bagi yang kau anggap bagian tak berarti ,ada yang luput pergi, ada yang luput tak kembali

Waktu pergi seperti gemetar sendu kelepak kupu-kupu. kinilah saatnya betapa mulai kupahami, makna puisi yang kita gurat bersama dulu. walau kerap samar dan hampir tersaput debu waktu, toh kita telah jauh lebih dewasa .
Dan seribu Kupu-kupu telah menerbangkan waktu yang kupunya dulu sampai jauh. dan mungkin terus kau bertanya " who will paint the fancy of my shining dreams in blue ?"

Jakarta, 08 November 2004

Thursday 19 July 2007

Imaji September


Seekor angsa langit
bermimpi tentang embun pagi
yang menjelma menjadi kristal putih para bidadari
yang menerbangkan kemilau hati perawan
yang menjelma menjadi sebutir air hujan

Betulkah kini
angsa itu sesungguhnya
Tengah bermimpi untuk jadi dirinya sendiri
Seekor angsa langit bermimpi tentang embun pagi
yang memetik bunga hujan dan harum sunyi
Dirangkainya jadi sekeping kata
Bagi puisi yang tak selesai juga
Tentang seekor angsa langit
yang bermimpi tentang sayap sayap tembus cahaya

Engkaukah angsa langit itu
Yang juga bermimpi tentang september
Yang juga tak bermakna apa-apa ?

Harmoni, 18 September 1992

Lembah Kunang-Kunang

buat Gabby,
bidadari kecilku yang jelita
teruslah kau percaya pada angan terang cahaya
*




Anakku berkisah tentang lembah negri kabut
rerumputan pagi tumbuh di ladang-ladang embun
ilalang serta perdu melayang di bawah saput kapas mega
bunga warna-warni terurai atas dahan tembus cahaya
dari tiga terang matahari putih
langit ditaburi gemerlap sepanjang hari
dari pagi hingga petang
di atas ranting-ranting tumbuh manis gulali
*



Anakku berkisah tentang lembah negri kabut
para putri kunang-kunang berbusana gemerlap warna senja
menari dalam pesta kerlap-kerlip warna gemintang
di atas cahaya bulan berkilau menyanyikan kristal terang
dan para pangeran negri bunga awan
berkendara warna derai butir hujan
di atas kibar hening dengan sayap putih biru warna angin
*



Anakku berkisah tentang lembah negri kabut
ada beribu langit biru beludru yang bisa disentuh
di gantungnya tujuh bianglala terbang
dan tujuh rembulan terang pada rimbun dahan-dahan bintang
*



Anakku berkisah tentang lembah negri kabut
ketika hari jelang malam, di simpannya negri kabut itu dalam kotak koleksi mainan
lalu anakku berangkat tidur karena esok hari sekolah datang
kucium keningnya,  selamat bobo sayang
dan anakku bilang :
" Pa, tolong jaga para peri-ku kunang-kunang
yang tadi kusimpan di botol selai kacang
bila malam gelap mereka terang
menjagaku bermimpi terbang
di Lembah Rahasia Kunang-Kunang ..."
*



Anakku berkisah tentang lembah negri kabut
betapapun kurindukan untuk kesana bertandang
tapi tak satupun kukenal nama peri kunang-kunang
yang juga selalu dirahasiakannya jalan pulang
karena peta arah anakku terterah di angan-angan
*

esokpagi anakku akan berkisah lagi tentang lembah negri kabut
sampai masa remaja datang menjelang
dan sepasang sayapnya pelan-pelang menghilang
sampai anakku tak lagi bisa terbang
*



Putriku sayang,
tetaplah kau berkisah terus tentang lembah negri kabut
tumbuhlah selalu kepak sayapmu di negri angan 
impian lah membuat mu jadi dewasa bukan lama usia
di lembah negri kabutmu, dunia penuh warna

*


Cibubur, 27 July 2007

Linden

kusapa lagi awan sobat lamaku
Yang mencatat detik dan minggu
Pada dinihari embun beku
Bagi gigir gunung dan bukit –bukit biru

Kami telah kembali pada kenangan itu
Ketika hati menulis luka lama dengan puisi
Kami telah kembali pada kenangan itu
Kesenyapan yang mengendap lama pada daun-daun rindu

Kusapa lagi embun karib lamaku
Dilindapnya kami menunggu
Gunung-gunung melahirkan puisi
Seperti rinai gerimis pada trembesi

Kusapa lagi embun sobat lamaku
Kabarkan bagiku tentang setiamu
Bagi sunyi bila hujan pertama tiba
Di akhir tahun lama

Cibubur,19 November 2006

Wednesday 18 July 2007

Desember di Dahan Basah

Desemberlah kini yang mengajakku mengenangmu, selalu saja ada yang tak mungkin terucap, bagaimana dulu kadang kamu ingin berkisah tentang sebuah masa yang kerap bikin aku jemu menunggu. Lalu apa yang dapat kusimpan lagi , buat sebuah rasa kangen yang tumbuh di bawah hujan pagi. lewat waktu atau beku daun pada figura kaca jendela rumahmu

Tahu bahwa waktulah pada akhirnya kembali membentangkan jalan-jalan kemarin , untuk sesuatu yang akhirnya selalu membuat kau dan aku tergoda untuk menjauh, sembunyikan kabut-kabut petang pada gigir bukit jelang lindap malam

Desemberlah kini yang akhirnya mengajakku mengenangmu, tahun demi tahun gugur juga pada dari ranting kenangan, dahan-dahan yang cepat jadi pucat tua , seperti warna kertas selulosa lama. lalu , mungkin kau pun nanti akan menulis pada diari baru tentang sesuatu yang pasti bukan tentang kau dan aku, karena kaupun sibuk oleh dongeng ceriah anak-anak mu , dan akupun larut dalam paragraf-paragraf baru yang juga tentang bocah-bocah lucu , anak-anakku .

Lalu sebuah desember datang lagi , yang kali ini tentu saja tak hadir dari masa lalu

Pejaten- Salihara -Ps. Minggu , Desember 1990