Sunday 16 March 2008

Harta Karun Abunawas

Perkenalanku pertama dengan dunia buku dimulai dengan banyak babak yang berbeda tapi menuntun menuju satu muara sungai keajaiban dunia pustaka . Keajaiban pada dunia pustaka ini telah menuntunku menuju sebuah kelana imajinasi yang tak habis-habisnya , yang akhirnya membentuk diriku , membentuk pola pikirku dan membentuk hidupku sekarang.
***
Di suatu sore kampung tua yang berhujan di ujung tahun 1978, umurku watu itu baru saja tiba pada ujung awal duia akil balik yang aneh. Menjelang usia 11 tahun aku suka sekali menyendiri. Menyembunyikan diri dari keramaian kampung dan anak-anak seusiaku. Mencari sebuah dunia imajinasi , mencari sebuah dunia untuk ku menghilang dari sebuah kesibukan permaian kampung. Menghilang dari banyak celoteh anak-anak kampung yang kadang tak bisa masuk dalam pergaulan pribadiku. Aku merasa sedang dan akan menjadi berbeda dengan mereka.

***
Suatu sore yang penuh dengan hujan, aku masuk dan naik ke rumah kakekku. Masuk kesebuah ruangan kamar tidur yang kosong dan telah menjadi gudang barang rongsokan. Dulu kamar ini adalah kamar dimana aku dilahirkan tahun 1967.Di ruang kamar itu terbujur kaku sebuah tangga kayu tua yang menuntun ke atas loteng tua rumah kakekku, yang sangat jarang di naiki dan sangat jarang dijadikan tempat bermain. Debu dan sarang laba-laba menjadi penghuni terlama dan abadi di loteng tua itu.
***
Kesanalah aku naik sore itu, menemukan sesuatu yang awalnya tak bisa kubayangkan. Awalnya
sore itu aku naik ke loteng untuk mencari potongan kulit dari jok bekas mobil yang rencananya ingin aku jadikan kulit buat ketapelku . Karena aku perkirakan bahwa jok bekas mobil kakek yang sudah tua dulu mungkin disimpan atau dionggokkan di atas loteng tua dan berdebu itu.
***
Mencari dalam ketemaraman tanpa lampu di sore yang berhujan, dengan sisa temaram cahaya sore yang hampir selesai kudapati seonggok buku-buku tua dalam jumah yang cukup banyak dan sudah penuh dengan debu dan telah menjadi timbunan rumah raya di atasnya, yang dulu menjadi koleksi kakekku, Abunawas.
***
Kakekku di panggil oleh orang kampung sebagai Abunawas mengikuti nama cerita seorang rakyat jelata dari cerita 1000 Satu Malam yang memiliki akal cerdik dan tak bisa terkalahkan dalam berdebat ataupun adu otak dan adu akal.
***
Kakekku seorang yang buta huruf dan tak pernah mengenal bangku sekolah. Tapi kakekku adalah seorang otodidak sejati yang dalam konsep modern mestinya diberikan gelar honoris causa atau setingkat professor.
***
Phan Bong Sin, begitulah nama Tionghoa kakekku. Orang kampung mahfum dan tahu kalau berdebat atau adu akal dengan Phan Bong Sin pasti tak ada yang menang ataupun urusan debat kusir soal apa saja. Akhirnya Abunawas menjadi nama alias kakekku dari pihak ayah.
***
Buku dan Koran ,juga majalah sejak dulu menjadi lahapan rutin kakekku. Tak banyak orang kampung yang bisa meniru ataupun bisa memiliki kemampuan keuangan untuk berlangganan koran, majalah apalagi membeli buku seperti keluarga Phan Bong Sin. Kebetulan usaha pabrik bata genteng beliau menjadi suatu bisnis yang akhirnya berpuluh tahun menjadi topangan hayat hidup banyak orang di kampung Jalan Laut dan juga kampung-kampung sekitarnya. Beberapa generasi telah mengabdi dan mennggantungkan hidup keluarga mereka di pabrik bata genteng Sinar Laut ini. Yang pada akhir dekade 1990-an akhirnya pelan-pelan memudar dan hilangdari duia bisnis kampung. Selama-lamanya.
***
Kembali lagi ke dunia baru yang kutemukan, buku-buku yang akhirnya kutemukan dengan tanpa sengaja itu akhirnya menjadi pintu pembuka bagi masa kecilku untuk berkelana kesebuah dunia Kang Auw Tiongkok kuno. Sam Kok dan Para Pendekar Pulau Es. Pedang Harum, Pendekar Pengemis dan Pendekar Cengeng.
***
Sejak itulah aku mulai tenggelam dalam sebuah dunia yang mengasyikkan . Menjelajah dunia aneh para pendekar. Membaca berhari-hari dari kumpulan buku-buku serial silat Tionghoa yang terkadang tak punya seri lengkap lagi. Beberapa bahkan hanya satu dua seri setelah itu tamat tak punya lanjutan. Beberapa bahkan langsung hanya pada buku terakhir tanpa serial awal dan tanpa buku serial tengah. Kisahnya menjadi tak karuan. Tak memiliki runtutan jelas. Tapi ini adalah harta karun bagiku dan semua buku itu akhirnya aku bawa turun dan kujadikan salah satu pelabuhan pikiran buatku saban hari sepulang sekolah .
***
Dan hilanglah aku ditelan dan mengembara sampai ke daratan Tiongkok, ke gunung Liang Shan dan juga menjelajahi bukit-bukit tua di dataran Tiongkok yang jauh. Imajinasiku telah mengembara jauh dari tubuhku. Dari sebuah kampung yang hampir tak mengenal buku-buku. Sebuah kampung yang pada saat itu lebih tenggelam pada cara-cara untuk mencari nasi dan berjuang mencari penghidupan yang lebih layak. sehari-hari.
***
Beberapa buku adalah buku dengan format yang besar yang mencantumkan nama-nama dan lokasi dunia-dunia seberang yang bernama Peta Bumi. Sangat jarang pada jaman itu di kampungku sebuah rumah memiliki sebuah buku peta bumi. Tapi Abunawas memiliki peta bumi itu sebagai bagian dari hidup keluarganya.
***
Dari buku peta bumi tua itulah akhirnya aku tahu bahwa dunia ini begitu banyak memiliki daerah-daerah yang bernama terkesan aneh dan jarang kujumpai di usiaku pada umur-umur menjelang akhir sekolah dasar. Nama Bulgaria, Green Land, Turkistan, Bolivia adalah nama-nama yang jarang terdengar ketika kami kecil. Di buku peta bumi tua itu aku menemukan sebuah dunia baru. Yang benar-benar baru. Yang tak terbayangkan. Aku membaca Khatmandu dan juga membaca Tibet . Wow! Sebuah nama antaberanta.?
***
Buku-buku yang kutemukan di loteng tua rumah kakekku telah menjadi peta bumi buatku sejak saat itu mengembara kedunia yang beragam warna. Dunia Ajaib. Dunia Pustaka. Dan ketika Beni yang telah menginjak usia sekolah akhir SMP telah juga menjadi sumber utama buatku menemukan dunia-dunia baru dari buku-buku pinjaman sekolah SMP Katolik Maria Goretti. Di sekolah ini sebuah perpustakaan milik gereja dengan berlimpah menjadi surga bagi pencinta buku . Tapi massa itu tak banyak anak Sungailiat yang memanfaatkan surga itu.

***
Dan setiap pulang sekolah selalu-lah buku-buku baru di bawa pulang untuk di baca seminggu kemudian. Aku mulai berkenalan dengan 3 orang pengawalan raja Prancis yang setia dan berbakti dalam The Three Musketers. Lalu aku mengenal Si Bongkok dari Notredame. Aku berkenalan dengan si detektif cerdik penuh akal dan selalu menang , Sherlock Holmes dalam Anjing Setan dari Bakerrville. Dan sejak saat itu duniaku tak akan pernah sama lagi . Duniaku yang berada di tengah-tengah kampung menjadi sebuah dunia yang berubah selama-lamanya. Sebuah dunia liar , dunia imajinasi kembara. Kembara negri antaberanta.
***
Kini aku menduga mungkin kakekku tak meninggalku sebuah warisan yang bisa kujual atau bisa kugadaikan. Karena rumah, tanah dan semua warisan yang berwujud fisik tak juga kami miliki apalagi kami dari generasi cucu-cucunya. Tentu tak punya hak untukwarisan seperti itu. Tapi minimal perkenalanku pertama dengan harta karun Abunawas di loteng tua itu telah memberikanku sebuah warisan berpikir , pola imajinasi yang membentukku hari ini. Menjadikanku seseorang yang tak takut mengembara walaupun ke dunia-dunia aneh antaberanta. Sebuah warisan yang hampir tak ternilai harganya. Melebihi warisan apapun.
***
Inilah warisan yang kuanggap sebagai warisan kehidupan pertama. Sebuah warisan pusaka. Harta Karun Buku-buku Tua , Harta Karun Abunawas.
***
Cibubur, Legenda Wisata, 16 Maret 2008